18.11

Ingin Umur Panjang, Nenek Djulaeha Pun Berhenti Merokok



Jakarta - Rokok menjadi kesukaan Djulaeha selama bertahun-tahun. Beberapa kali, nenek 60 tahun ini sempat berhenti merokok. Namun aktivitas kebal-kebul tidak pernah benar-benar bisa hilang. Kini, Djulaeha bersusah payah ingin berhenti merokok agar panjang umur.

Djulaeha mulai kenal rokok saat lulus SMP. Karena teman-temannya merokok, dia pun tergoda untuk turut menghisap batang-batang rokok. Awalnya, dia merasa pusing dan tidak enak. Namun dia mencoba aneka jenis rokok hingga akhirnya dia punya hobi baru: merokok.

"Pas saya hamil anak pertama, di usia kandungan 4 bulan, saya sempat berhenti," kata Djulaeha kepada detikcom, Kamis (14/10/2010).

Namun ketika anak pertamanya berumur 2 tahun, Djulaeha kembali merokok. Bahkan saat dia tahu sedang hamil anak kedua pun, dirinya tetap merokok. Bau asap rokok dan rokok itu sendiri, baginya terlalu menarik untuk dilewatkan.

"Tapi waktu sudah hamil 8 bulan, saya eneg sama bau asap rokok. Jadi kalau suami merokok di dekat saya, saya suruh pergi," kenang nenek dua cucu ini.

Djulaeha sempat lama tidak mengakrabi batang rokok hingga anaknya berumur 5 tahun. Tapi setiap kali kumpul-kumpul dengan kerabatnya yang merokok, dia tidak pernah bisa tahan. Sejak 1982, rokok sepertinya tidak pernah lepas lagi dari bibir Djulaeha.

"Dalam sehari bisa habis 2 bungkus. Sempat berhenti merokok lagi karena saya batuk terus sampai terkencing-kencing. Tapi waktu sudah sembuh, merokok lagi," tuturnya.

Hingga anak keduanya hamil, dan calon bayinya diprediksi laki-laki, Djulaeha pun sangat ingin berhenti merokok agar tidak membahayakan cucunya. Cucu laki-laki adalah dambaan dia sejak lama. Dia ingin bisa mengurus cucu-cucunya hingga mereka besar nanti.

"Saya bercermin kok muka saya nggak segar. Badan saya juga sering nggak enak. Saya nggak ingin sakit, ingin panjang umur biar bisa mengurus cucu-cucu kalau diperkenankan Allah," sambung dia.

Terkait Pergub Nomor 88/2010 merupakan pengganti dari Pergub Nomor 75/2005 Tentang Kawasan Dilarang Merokok (TKDM), Djulaeha menyambut baik. Menurutnya, ruang bagi para perokok memang harus dipersempit. Karena itu tidak saja demi kebaikan perokok, namun juga orang di sekitarnya.

"Kalau bisa juga jangan merokok di kendaraan umum, nggak sopan, kasihan sama yang lain. Dulu saya kalau merokok juga sembunyi-sembunyi, malu rasanya kalau dilihat banyak orang," kata pasien klinik berhenti merokok yang digagas aktivis antirokok Fuad Baradja ini.

Kini, Djulaeha sudah 3 bulan berhenti merokok. Dia merasa lebih segar. Sesak nafas yang dulu sering dialami sekarang benar-benar tidak dirasakan lagi. Bahkan dulu, saat bernafas terdengar suara 'ngik-ngik' kini tidak lagi dialaminya.

Nurvita Indarini - detikNews
(vit/fay)

23.38

Menyongsong Mihwar Daulah


dakwatuna.com – Ada empat mihwar yang harus dilalui dakwah ini untuk mewujudkan visi yang dicita-citakannya; mihwar tanzhimi, mihwar sya’bi, mihwar muassasi, dan mihwar daulah. Mihwar Daulah ditandai dengan penetrasi dakwah ke pemerintahan dan lembaga-lembaga negara. Dakwah pada mihwar ini, dengan demikian, mampu mempengaruhi dan mengelola negara sehingga kebijakan-kebijakannya sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pada akhirnya, rakyatlah yang akan merasakan keadilan dan kesejahteraan dari negara yang kita cintai bersama.

Jika mihwar tanzhimi berkonsentrasi pada pencetakan dan pembentukan kader sebagai basis operasional dakwah; mihwar sya’bi mulai memunculkan kader-kader dakwah untuk berperan di ranah publik membentuk basis sosial, mengintensifkan kegiatan dakwah ‘ammah dan membentuk wajihah-wajihah; lalu mihwar muassasi mempertemukan dakwah dengan kegiatan dan kelembagaan politik serta penetrasi dakwah parlemen; maka mihwar daulah mendapatkan pekerjaan baru untuk menyiapkan pemimpin-pemimpin negara, blue print pemerintahan, regulasi dan perundang-undangan, serta pengelolaan negara. Sebagai konsekuensinya, beban dakwah yang semakin berat dan ranah kerja dakwah yang semakin luas ini membutuhkan persiapan-persiapan yang lebih besar dari pada mihwar-mihwar sebelumnya.

Untuk mendukung persiapan-persiapan itulah buku Menyongsong Mihwar Daulah ini ditulis oleh Ust. Cahyadi Takariawan. Maka, selain mengupas empat mihwar di atas –dengan terlebih dahulu diawali tulisan tentang dakwah, kewajiban, tujuan, metode, sampai aspek pertumbuhannya- hampir separuh buku ini berisi persiapan-persiapan aktivis dakwah dalam menyongsong mihwar daulah.

Persiapan itu dikelompokkan penulis menjadi 6 bagian; persiapan ruhani (ruhiyah), persiapan karakter (muwashafat), persiapan intelektual (fikriyah), persiapan fisik (jasadiyah), persiapan kompetensi (kafa’ah), serta persiapan materi (maaliyah).

Persiapan ruhiyah bersumber dari aqidah Islam, dan ia menjadi rahasia kekuatan Islam! Dengan persiapan ruhiyah tumbuhlah keyakinan yang kokoh dan terbentuklah sifat rabbaniyah. Dengan mengambil metode dakwah fase Makkiyah, persiapan ruhiyah ini harus diawali dari pembinaan aqidah yang benar lalu diikuti dengan pembersihan jiwa (tazkiyatun nafs).

Di antara parameter persiapan ruhiyah yang benar dalam menyongsong mihwar daulah adalah terbebasnya kader dari gejala kekeringan ruhaniyah, yaitu mudah dilanda kejenuhan dan kemalasan, mudah emosi dan tersinggung, mudah kecewa dan putus asa, serta mudah mengeluh dan meratapi kondisi.

Persiapan muwashafat mengharuskan kita untuk lebih serius dalam aktivitas tarbiyah. Persiapan muwashafat tidak lain adalah penyiapan kader dakwah melalui tarbiyah agar memiliki 10 muwashafat yang telah banyak kita hafal bersama; salimul aqidah (aqidah yang selamat), shahihul ibadah (ibadah yang benar), matinul khuluq (akhlaq yang mulia), qadirun alal kasbi (berdaya secara ekonomi), mutsaqqaful fikri (wawasan yang luas), qawiyyul jismi (fisik yang sehat), mujaahidun linafsihi (memerangi nafsunya sendiri), munazhzhamun fi syu’unihi (teratur dalam segala urusannya), hariitsun ala waqtihi (manajemen waktu yang baik), dan nafi’un li ghairihi (bermanfaat bagi sesama).

Sebenarnya 10 muwashafat ini sudah menyangkut persiapan-persiapan lainnya seperti persiapan fikriyah, jasaadiyah, dan maaliyah. Namun penulis (Ust. Cahyadi Takariawan) hendak membahasnya lebih detail dan memberikan penekanan yang lebih. Karenanya persiapan-persiapan itu dibahas lebih lanjut.

Persiapan fikriyah dalam menyongsong mihwar daulah mengharuskan seorang kader untuk memiliki pengetahuan Islam secara lengkap dan pengetahuan modern sekaligus. Pengetahuan Islam yang dimaksud adalah penguasaan atas ilmu ushul ats-tsalatsah (tiga ma’rifat tentang Allah SWT, Ar-Rasul, dan Al-Islam), Al-Qur’an (kandungan dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya), As-Sunnah (kandungan dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya), ushul fiqih, aqidah, akhlaq, dan fiqih, sirah nabawiyah dan tarikh umat Islam, ilmu bahasa Arab, sistem musuh dalam deislamisasi, studi Islam modern, serta fiqih dakwah.

Secara jamaah, pengetahuan modern harus dikuasai di semua bidangnya. Harus ada kader yang menguasai satu spesialisasi ilmu, sementara spesialisasi lain dikuasai oleh kader lainnya. Dengan demikian, ilmu yang dibutuhkan dalam pelayanan publik termasuk keahlian praktis dan keprofesian, pengelolaan negara dan teknologi, semuanya harus dimiliki. Sementara secara personal, kader dakwah harus menguasai ilmu yang menjadi profesinya serta memiliki pengetahuan umum di luar spesialisasinya.

Persiapan jasadiyah juga sangat diperlukan dalam mihwar daulah. Aktivitas yang semakin padat, baik amal tarbawi, amal mihani, maupun amal siyasi mutlak memerlukan kesiapan fisik yang prima. Maka, kebiasaan hidup sehat dan olahraga secara teratur menjadi kunci suksesnya persiapan jasadiyah ini.

Persiapan kompetensi mutlak diperlukan karena saat memasuki mihwar daulah, dakwah membutuhkan banyak SDM untuk memasuki posisi-posisi strategis dalam pemerintahan, baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Persiapan ini perlu dimulai dari pemetaan posisi strategis yang akan dikelola dan bagaimana kompetensi SDM yang diperlukannya. Selanjutnya, kader dengan kompetensi yang tepat-lah yang ditempatkan pada posisi strategis yang tepat.

Persiapan maliyah diperlukan dalam mihwar daulah, bahkan lebih besar dari mihwar sebelumnya. Ia diperlukan dalam skala individu dan kolektif. Maka kekuatan maaliyah ini harus dipupuk dengan aktivitas usaha sedini mungkin.

Mihwar daulah, selain membutuhkan enam persiapan di atas, juga membutuhkan keseimbangan peran antara ikhwan dan akhwat. Karenanya Ust. Cahyadi Takariawan membuat bab tersendiri yang membahas peran akhwat muslimah dalam dakwah. Selain mengemukakan penghargaan Islam kepada perempuan, peran akhwat muslimah di zaman keemasan Islam juga peran akhwat dalam gerakan dakwah modern. Mengakhiri bab terakhir ini, Ust. Cahyadi Takariawan menuliskan pedoman umum keterlibatan akhwat. Pertama, kesadaran dan partisipasi sosial politik. Kedua, fardhu kifayah dalam berperan di bidang sosial politik. Ketiga, peran dalam pendidikan sosial dan politik, utamanya di ranah tanggung jawabnya baik lingkungan keluarga atau pun lainnya.

Buku ini memang tidak membahas secara detail bagaimana metode dan langkah praktis persiapan-persiapan menyongsong mihwar daulah, karena ia memang menjadi urusan internal tarbiyah. Artinya, sasaran-sasaran yang dijelaskan dalam persiapan menyongsong mihwar daulah di buku ini akan dicapai dengan aktivitas tarbiyah dengan segala manhaj dan wasaail–nya. Sehingga jika pembaca menginginkan dirinya mampu memenuhi persiapan-persiapan itu tidak ada jalan lain kecuali bergabung dalam tarbiyah dan istiqamah di dalamnya. Satu harapan kita, semoga buku ini –sebagaimana promosinya di majalah tarbawi dan media lain- menjadikan kader lebih cerdas dan siap menyongsong mihwar daulah! Wallaahu a’lam bish shawab. (Muchlisin)

23.28

Ketika Cinta Menghampiri Diri

by Ahmad Wali Radhi

Allahu Rabbul Izzati…
Jika Cinta kan menghampiri diri
Jangan biarkan Cinta kepada-Mu hilang di hati..
Perkenankanlah selalu tuk selalu Mencintai-Mu..
Sepenuh hati dan Ketulusan diri

Allahu Rabbul Izzati…
Hanya kepada-Mu Cinta Hakiki
Cinta yang mengantarkan Keindahan sesungguhnya…
Cinta dengan kebersihan jiwa hati..
Cinta untuk mendapatkan Keridhoan-Mu

Allahu Rabbul Izzati…
Cinta itu pasti kan datang menghampiri diri
Berikanlah Cinta kepada seorang insan mulia..
Yang didalam dirinya selalu ada keinginan..
Keinginan dengan tujuan Keridhoan-Mu
Itulah Bidadari Surga Dunia..

Bidadari Surga Dunia..
Berhiaskan Iman dan Taqwa
Wajah indah berseri..
Karena air wudhu keseharian dirinya.

Bidadari Surga Dunia..
Idaman semua wanita sholihah
Cerminan seorang berhati mulia
Yang selalu terpatri dalam dirinya..

Bidadari Surga Dunia..
Ada cahaya yang terpancar di wajah
Menerangi dunia dengan sinar yang menyilaukan
Karena Kemulian dan Keindahan dirinya……

Bidadari Surga Dunia..
Dengan rona merah di wajah
Dengan Senyum semanis madu
Yang selalu menghiasi kecantikannya…

Bidadari Surga Dunia..
Akhlaqul karimah perhiasan dunia
Ilmu sebagai jalan menuju surga..
Dunia menjadi ladang akhirat bagi dirinya
Untuk mencapai Cinta Allah Ta’ala…

Allahu Rabbul Izzati…
Dalam dunia yang merana…
Dunia yang nantinya kan binasa
Dunia kerakusan dan keserakahan manusia..
Dapatkah bertemu dengan dirinya..
Mencintai seorang Bidadari Surga Dunia…
Mencintai karena untuk mendapatkan Keridhoan-Mu

Allahumma Rabbanaa Aamiin….